Oleh: M. Nur Samad
Rindang hutan itu, beberapa binatang sibuk dengan urusan masing-masing. Ular berbaring melingkar di atas tempurung sahabatnya kura-kura.
“Lambat sekali kau kura-kura” kata ular dengan santainya.
“Kalau terus begini, kapan sampainya kita ke sungai.”
“Tenanglah ini sudah yang paling cepat, tenang saja kau di atas tempurungku” sergah kura-kura.
Begitulah mereka berdua, terus menelusuri hutan, mencari air untuk melepas dahaga. Ular membutuhkan si kura-kura untuk menasihatinya. Ia dikenal licik dan sering menipu temannya sendiri. Sedangkan, kura-kura terlalu takut untuk menelusuri hutan sendirian. Mereka telah menyadari hal itu. dan sejak saat itulah mereka terus bersama.
Sementara itu, di sudut lain, tampak seekor kambing menatap temannya cemas.
“Hai tikus, cepat gigit tali ikatanku, aku ingin segera pergi dari sini” perintah si kambing ketika melihat tuannya sedang tertidur pulas, bersandar pada pohon rindang. Tikus tak berhenti menggigit, hingga tali itu pun putus pula.
“Ha!, bagus, ayo tikus kita ke sungai aku sangat haus” jingkrak si kambing tak sabaran.
“Tunggu dulu kambing, aku lapar, sebelum minum aku mau makan dulu”. Kata tikus. Seketika ia melompat dan mengotak-atik kotak makanan milik tuan sang kambing. Ajaib, dalam sekejap makanan milik tuan sang kambing berhamburan. Tikus terus melahapnya rakus.
“Dasar kamu tikus, ayo cepat naik ke punggungku, aku akan membawamu ke sungai dengan cepat”.
Akhirnya mereka pergi meninggalkan tuan sang kambing yang lenyap oleh jarak dan nyanyian daun bergesekan tertiup angin.
*****
“Ayo semua para betina, mendekatlah padaku” kata buaya, tak berhenti mengetarkan air sungai.
“Dasar buaya” kata ular “Entah sudah berapa betinanya?”
“Sudah, tidak usah mencampuri urusannya. Turunlah dari tempurungku, kita sudah sampai”
Begitu kura-kura dan ular hendak minum, tiba-tiba kambing datang dari sisi kanan mereka, menghamburkan pasir di tepi sungai. Sang ular gerang, ia mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, mendesis, mengancam.
“Hei, kambing kamu tidak lihat ada kami di sini?”
“Diam saja kau ular, kamu tambah jelek jika seperti itu, temanku mau minum”. Kata tikus mengejek.
“Diam kau tikus, aku bisa melumatmu hidup-hidup” ancam si ular.
“Hentikan ular”, sergah kura-kura. Suaranya yang berat penuh wibawa menghentikan niat sang ular. “Tabiat seekor kambing memang seperti itu, suka nyelonong, seakan-akan hutan ini hanya miliknya sendiri” lanjut kura-kura.
“Memangnya kenapa kura-kura?, bilang saja kalau kau iri padaku yang bisa berlari cepat. Tidak sepertimu, dasar lambat”. Ejek si kambing. Tetesan air masih menetes dijanggutnya.
“He…he…he…” tawa tikus mengejek. Suaranya yang melengking kembali membakar amarah sang ular. Ia pun mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi. Menjulurkan lidahnya ke arah tikus. Spontan kambing melompat, mengangkat kaki depannya ke wajah ular.
“Ho…ho…ho…, mau apa kau ular?, apa kau mau merasakan telapak kakiku”. Ancam si kambing
“Minggir kau kambing!, ini bukan urusanmu, urusan ini hanya antara aku dan tikus jelek itu, turunkan ia dari punggungmu atau kau juga akan ku gigit!”
“Wahai sahabatku ular, hentikan perbuatanmu itu, jangan biarkan amarah menguasaimu,” sergah kura-kura. “Kambing itu tidak akan mendengarkan kata-katamu, dia adalah binatang yang paling susah diatur dan suka membangkang, jika kau dorong kepalanya ia akan maju mendorongmu dan apabila kamu mendorong pantatnya ia akan mundur melawanmu. Itulah bangsa kambing, binatang yang paling keras kepala”
Mendengar perkataan kura-kura, kambing mulai Gerang, tatapan tajam matanya terlihat dari sorot matanya yang sayu.
“Hei…kura-kura kamu pikir kamu siapa?, entah sudah berapa umurmu dasar tua Bangka, lihat dirimu. Bagaimana mungkin kau bisa bertahan hidup begitu lama hanya dengan cangkang jelek ini” cercah kambing sambil mengetuk cangkang sang kura-kura. Spontan, kura-kura bersembunyi dalam cangkangnya.
“Ha kalian lihat sendirikan, dasar kura-kura penakut. Dasar kura-kura pengecut bisanya hanya bersembunyi. Kapan kau akan keluar dari sarangmu, kamu takut yah?, kasihan! bisanya hanya omong kosong! dimana pembuktiannya?. Ayo keluar hadapi aku kalau berani”. Tantang si kambing kura-kura tak berani keluar.
“Hi…hi…hi…, dasar kura-kura penakut, kasihan sekali dia”, sambung si tikus. “Tapi aku lebih kasihan lagi sama si ular, dia punya teman yang tidak bisa diandalkan, mungkin selama ini dia sudah dibodoh-bodohi sama si kura-kura, hi….hi…hi…, dasar bodoh”
“Cukup kalian berdua!!!” sergah ular “Hei tikus!, bagaimana dengan dirimu sendiri? Apa kau tidak sadar sudah berapa banyak makanan orang lain yang kau curi? Dasar pencuri, kau tahu itu bukan milikmu tapi tetap saja kau mengambilnya. Dasar serakah! Kau tidak pernah berpikir bagaimana rasanya jika makananmu yang dicuri”.
“Memangnya kenapa?, kata tikus “Aku tidak peduli dengan binatang lain yang penting aku bisa terus hidup”.
“Dasar! Kau memang serakah. Kau tidak ada bedanya dengan manusia”
“Hei jaga mulutmu ular, aku tidak serendah itu, yang tidak ada bedanya dengan manusia itu kamu! Lihat dirimu, kau terus mendesis mengincar mangsamu dan melahapnya tanpa perasaan, lidahmu bercabang menandakan bahwa kau adalah pembohong!!! Kau tidak bisa dipercaya. Apa yang kau katakan tidak sesuai dengan yang sesungguhnya. Kau juga tamak, kamu itu kanibal!!! suka memakan saudaramu sendiri dasar binatang licik. Kamulah yang lebih mirip manusia!!!”
Ular naik pitam, ia merasakan gatal di kepalanya setelah mendengar perkataan si tikus. Amarahnya tak terbendung lagi, tapi tiba-tiba,
“Ha…ha…ha…, lihat para betinaku, sekumpulan binatang bodoh sedang bertengkar, ha…ha…ha… dasar tidak berguna” potong sang buaya memecah ketegangan. Mereka semua terkesiap, utamanya si kambing ia teringat akan teman-temannya yang habis tercabik-cabik dalam sekempulan rahang buaya, mengingat hal itu ia mencoba melawan, bermodal rasa nekat dan rasa sakit hatinya, ia memberanikan diri mengusik sang buaya.
“Hei buaya jelek,! Diam kau!, kau bisanya hanya main air saja bersama betina-betinamu yang gatal itu, entah sudah berapa banyak betina yang sudah kau kawini. Aku juga heran dengan para betinamu itu, mereka semua murahan! mau saja mereka bercumbuh denganmu yang jelek itu.”
“Beraninya kau mengejekku kambing!” sang buaya merangkak kedaratan langkah kakinya yang berat terlihat kekar dan menakutkan, ia tak menyangka si kambing berani menghinanya. Amarah si kambing kini lumer tergantikan oleh rasa takutnya yang teramat sangat, spontan ia melompat ketakutan.
“Mau kemana kau kambing jelek? hadapi aku jika kau berani” tantang sang buaya
“Wah..wa..wah…, sekarang siapa yang penakut” kata kura-kura, perlahan keluar dari cangkangnya.
“Diam kau kura-kura ini bukan urusanmu”
“Sudah, kambing tidak usah lari dari buaya itu, kamu sudah ditakdirkan untuk mati, ketahuilah jika kau lolos dari rahang buaya, nanti kau akan disembelih oleh tuanmu, nasibmu memang malang,hahaha” ejek kura-kura.
“Diam kataku tua Bangka!!! urus saja kulitmu yang keriput itu”
“Apa!!! tua Bangka katamu, lihat dirimu kau lebih tua dariku, bercerminlah pada janggutmu”
“Ha…ha…ha…” seluruh hutan menertawainya, burung-burung hinggap diatas pohon tak mau ketinggalan pertunjukan ini.
“Cukup kura- kura, rasakan ini!”. Tiba-tiba si kambing menyeruduk membanting kura-kura dengan tanduknya. Kura-kura tersungkur terbalik di atas tanah.
“Apa yang kau lakukan kambing?balik aku kembali. Aku bisa mati jika terus begini”
“Aku tidak peduli mati saja kau!”
“Mbeeee!!!!!” tiba-tiba kambing menjerit, ketika sang ular menancapkan taringnya ke badan kambing. Tikus tak tinggal diam, ia segera melompat menggigit badan sang ular, tapi tiba-tiba ular berbalik dan langsung menelan si tikus bulat-bulat.
“Rasakan ini” dengan sisa tenaganya kambing menginjak kepala ular sampai remuk, ular tak dapat berkutik setelah memangsa si tikus. Kini ia hanya dapat merasakan darahnya terus menetes hingga akhirnya mati.
“Ini akibatnya jika melawanku”kata kambing
“Jangan senang dulu kambing bodoh, sini kubantu kau bertemu dengan teman-temanmu lewat rahangku ini” tiba-tiba sang buaya menyergap si kambing dan mencabik cabik badannnya.
“Dorrr…dor…dor…” suara letusan senapan mengagetkan seisi hutan. Kepala sang buaya hancur diterjang peluru senapan tuan si kambing yang mencari kambingnya. Namun sayang kambingnya telah mati bersama ular, kura-kura dan lainnya. Ia kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
“Dasar binatang!!!” Katanya menelisik.
Tags:
Cerpen